呵呵呵 (baca: he he he)
Setelah dihitung-hitung dengan total hidup sendiri di negara orang selama kurang lebih 10 bulan, saya dinyatakan lulus HSK 4! (level berbahasa mandarin)
Dengan skor yang sangat standar alias pas-pasan, saya lulus kelas bahasa tahunan yang ada dikampus dan siap untuk penjurusan September ini, artinya...
Kita balik jadi anak kuliahan lagi.
Disini, saya memilih jurusan Hotel Management dengan masa studi 4 tahun dan 1 tahun masa precourse bahasa mandarin, jadi total studi saya disini kira-kira 5 tahunan. Well, standar lahh.
Selain belajar sesuai jurusan yang dipilih, jadi mahasiswa asing itu juga banyak untungnya, haha.
Banyak yang bingung, bedanya jadi mahasiswa asing dan mahasiswa biasa itu gimana? Buat saya yang memang telah mengemban tugas tersebut (caileeee) hal ini bener bener beda dan menarik buat di coba.
Satu tahun menjadi mahasiswa biasa di Indonesia, trus pindah haluan jadi mahasiswa internasional disini, Tiongkok!
Lets see....
1. Travelling dan Cuci Mata
The Bund, Shanghai di malam hari
Selalu dan selalu, saat ke negeri orang sebagai turis yang apa-apa dibatasi, saat menjadi mahasiswa asing atau belajar di negeri orang, akan membuat kalian serasa jalan-jalan like a local.
Untuk beberapa tempat wisata, mereka kadang memberikan diskon tiket masuk untuk mahasiswa atau pelajar, termasuk mahasiswa asing dongg.
Hal ini juga saya manfaatkan untuk jalan-jalan dan membuka pengalaman baru di negeri orang.
Tongli Canal Town, terletak di Suzhou sekitar 80 kilometer dari Changzhou
Pas jalan-jalan, cobain local food dan beli oleh oleh juga biasanya jadi daya tarik. Untuk jalan-jalan atau travelling, orang-orang lokal disini juga sebenernya sangat suka jalan-jalan, apalagi muda-mudinya.
Buktinya, dimana-mana saya lihat lokasi wisata, pasti banyak mahasiswa yang jalan bareng pacar atau temen-temen mereka. Hal ini juga sebenernya karena transportasi yang memadai mereka buat pergi. Gimana enggak, kemana-mana bisa pake kereta cepat yang udah menghubungkan satu kota ke kota lainnya.
Salah satu bangunan kuno di Huishan, Wuxi
Saat dinegeri orang, saya membuktikan bahwa banyak-banyak travelling dan jalan-jalan, akan tau kalo sebenernya ciptaan tuhan itu banyak dan indah-indah (ahayyy) termasuk manusianya :p
2. Cultural Exchange With Another International Students
Saya bersama teman-teman dari Kazakhstan saat acara parade sekolah
Datang dari negara yang berbeda-beda trus berkumpul di satu titik di Tiongkok, kami para mahasiswa asing dituntut buat pinter pinter komunikasi, disinilah skill komunikasi dan adaptasi saya dipake.
Di kampus sendiri yang total mahasiswanya engga terlalu banyak, sekitar 160-an, mereka datang dari Kazakhstan, Uzbekistan, dan Rusia dimana... mereka sama-sama pake bahasa Rusia dan bisa ngerti satu sama lain.
Tiap tahun, kampus juga mengadakan student exchange program dan summer course bagi mahasiswa dari Korea dan Jepang, jujur.. bahasa Inggris saya bener-bener engga kepake sama mereka.
Untuk student exchange program ini, kampus biasanya kedatangan mahasiswa dari Turki, Denmark dan US dengan durasi 3 minggu sampe 4 bulan. Yah.. Saya baru ngerasa bahasa Inggris saya kepake pas bareng mereka. Asiknya, kalo ngobrol sama mereka dalam bahasa Inggris, orang lokal bakal langsung ngeliatin dan it feels like a privilege for us, jajaja.
Mahasiswa asing biasanya paling berisik, paling ribet, dan paling asik ahaha
Karena jumlah mahasiswa asing yang sedikit daripada mahasiswa lokal, otomatis hak mahasiswa asing biasanya didahulukan :p
Tiap tahun, sekolah juga mengadakan acara tahunan khusus buat mahasiswa asing disini, salah satunya Cultural Festival.
Sesuai namanya, acara ini khusus untuk menampikan kultur dan budaya dari masing masing negara. Tiap kampus di Tiongkok pun biasanya memang mengadakan acara ini untuk penunjang pertukaran budaya mereka.
Tahun ini, karena saya engga bisa nari, dan bawa baju batik pas-pasan akhirnya saya cuma nyanyi lagu daerah.
Bersama teman-teman dari Kazakhstan yang pake baju tradisional mereka, eitt.. kecuali.
Saat bareng sesama mahasiswa asing pun, hal yang paling saya suka adalah saat mereka ngomongin makanan tradisional. Karena mereka disini banyak yang engga terbiasa makan makanan lokal, so they prefer to cook by themselves. Kalo beruntung, saya bisa masak bareng mereka dan cicip-cicip makanan mereka yang unik-unik.
Teman-teman saya dari Kazakhstan juga sering cerita tentang negara mereka contohnya konsumsi daging kuda yang tinggi di negara mereka, ras mereka yang kaya campuran Uyghur-nya Tiongkok, musim panas yang bisa sampe 45 derajat atau musim dingin yang sampe -35 derajat, bener-bener ngomongin hal yang berbobot!
3. Cultural Exchange with The Local
Kelas origami gunting bareng mahasiswa lokal
Pastinya kalo jadi mahasiswa asing, hal selanjutnya yang dipelajari adalah "be like a local"
Bagi saya belajar adat dan budaya orang Tionghoa bukan hal yang baru, tapi.. kalo di negaranya langsung? Its totally interesting!
Menggambar bunga Hongmei ala ala Tiongkok lama.
Para mahasiswa asing sering diajak mahasiswa lokal untuk belajar adat dan budaya mereka, misalnya makan menggunakan sumpit dan penempatan sumpit yang benar, menulis kaligrafi huruf mandarin, menggambar bunga hongmei ala ala Tiongkok, atau belajar origami guntingnya Tiongkok.
Mari menggambar!
Mengenal budaya baru dan mengenalkan budaya baru ke orang baru memang bikin bahagia! Sebagai mahasiswa asing yang engga pernah lihat dan pengen nyoba, ke-excited-an mahasiswa asing jadi daya tarik kampus buat ngadain hal-hal yang berbau cultural exchange dan internasional. Yah, itung itung buka pikiran mahasiswa lokal biar ga selalu kepentok sama orang lokal (maksudnya?)
Ini jenis tulisan Tiongkok kuno yang digunakan 2000 tahun yang lalu, and we've learnt it!
Secara mandarin harusnya ditulis: "花好月圆" yang digunakan untuk ucapan bahagia di event khusus seperti pernikahan.
Bareng pengajar profesional yang sengaja didatangkan sekolah khusus buat mahasiswa asing :p
Diskusi bareng mahasiswa lokal dan mahasiswa asing
Mereka juga suka menghabiskan weekend malem bareng kita di ruang belajar, asal niat ngomong doang.
Kemampuan bahasa Inggris mereka yang pas-pasan jadi ngebuat mahasiswa asing dipaksa buat belajar ngomong bahasa lokal, such a great effort!
Weekend and killing the time together!
4. The Excitement of Meeting "Green-Passport Holder" aka. Indonesian
Makan dan ngumpul bareng? Why not.
2500 mil dari Indonesia itu bukan jarak yang kalo naek kereta cepat bisa di tempuh dalam waktu seharian. Karena sama-sama jauh dan sama-sama pemegang kewarganegaraan yang sama, biasa orang-orang Indonesia akan jadi teman yang bikin kompak dan menyenangkan. why?
Satu bahasa, satu bangsa, satu pikiran (kalo ngomongin makanan) jadi hal yang ngebuat unik saya dan teman-teman dari Indonesia disini. Untuk curhat, mereka akan jadi pendengar yang baik, karena emang bahasa yang digunakan lebih stabil dan masuk di hati, istilah kerennya mengerti satu sama lain (anjaay).
Kaos tumblr yang ditemukan di salah satu toko baju di Nanjing, ditulis dalam bahasa Indonesia, mungkin bagi orang lokal menarik kaya
bahasa Inggris ya!
Pada saat beberapa perayaan hari-hari besar di Indonesia, Idul Fitri, Natal, atau 17 Agustusan, pihak kedubes atau organisasi pelajar disini akan mengadakan event-event yang bikin suasana kangen kampung halaman jadi ga kerasa.
Ketemu orang-orang satu bahasa, satu nusa, satu bangsa di Wisma Indonesia, Shanghai.
Idul Fitri saya tahun ini yang dilalu pada masa panas-panasnya summer, dibikin meriah dengan bertemu sesama mahasiswa dari Indonesia yang juga merasakan hal yang sama! Ketemu bareng orang-orang Indonesia yang cuma sekedar jalan, atau kerja dimana juga membuka wawasan baru, siapa tahu ada yang nyangkut. AMBLAS!
5. Its All About Out From Your Comfort Zone
Slightly happy but inside I'm terrible :p
Jauh dari rumah, sendirian, tempat yang baru, Does these words sound too terrific?
Saat memutuskan untuk kuliah diluar negeri, hal pertama yang saya rasakan disini adalah; Kesepian.
Pada
awal-awal bulan penyesuaian dengan teman-teman baru yang bukan satu
negara, bukan satu bahasa, bukan satu ras, kadang saya merasa saya
benar-benar sendiri disini. Apalagi kalo masalah keyakinan, ah..
Tapi, its all about your choice. Semua yang dirasakan memang menguji mental dan tekad.
Di
kampus sendiri, saat ini jumlah mahasiswa dari Indonesia cuma 3 orang,
dan yang satu angkatan dengan saya cuma satu orang. Is it good or bad?
Saya rasa everything has two sides hehe.
Di Indonesia,
yang kemana-mana bareng temen, makan ditemenin, jalan ditemenin, sampe
ke wc juga ditemenin, saat saya disini.. NO more.
Di Indonesia,
yang pulang kerumah baju tinggal pake, makan tinggal makan, atau tidur
yah tinggal tidur, saat saya disini.. You'll get the consequence.
Di
Indonesia, yang orang tua tinggal kasih uang jajan bulanan, orang tua
yang ngajak makan bareng, orang tua yang ngomel kita telat tidur or etc,
saat saya disini.. Missing as hell!
Teman saya dikala sepi melanda tiba-tiba, psstt... dipelihara secara diam-diam.
Saya tinggal di
dormitory khusus mahasiswa internasional, tiap kamar diisi dengan 2
kasur alias 2 orang. Kedengeran asik kan? Nyatanya, saya sering dapet
clash dan misunderstanding dari temen sekamar yang engga senegara ini.
Temen-temen
di Indonesia yang sering liat-liat instagram saya kadang bilang "ah
iri!" or "jalan-jalan terus, have fun yaa" whatever they call it,
nyatanya instagram atau media sosial hanya tembok yang dilukis sebagai
penebar pride.
Terlepas dari semua itu, I never regret my choice to be here. Dan you know.. I'm totally happy with this choice.