Akhir tahun lalu, Pemerintah Provinsi Jiangsu mengadakan lomba menulis essay bahasa mandarin tentang impression dan kehidupan orang-orang asing yang tinggal di Provinsi Jiangsu, lalu tepat di bulan April tahun ini pengumuman pemenang lomba diumumkan.
Lomba ini dibuat bertujuan untuk mengenal dan mempererat hubungan antar warga lokal dan warga asing yang tinggal di Jiangsu.
Pada lomba yang diadakan oleh Pemerintah Provinsi Jiangsu ini, terpilihlah 6 orang untuk juara pertama, 10 orang untuk juara kedua, 15 orang untuk juara 3 dan 20 orang untuk kategori juara harapan. Essay yang dilombakan disini bertema tentang kehidupan para teman-teman yang berasal dari seluruh dunia dan dari berbagai profesi yang tinggal di Jiangsu, jumlah total karya tulis yang diterima panitia berjumlah lebih dari 300 essay!
can you spot meh?
Dan, kehormatan tersendiri bagi saya untuk mendapat tempat pada posisi juara ketiga dengan 14 orang lainnya yang berasal dari negara-negara berbeda.
Tema essay yang saya buat hanya tentang bagaimana feminism berkembang di Tiongkok, begitu enaknya hidup jadi cewe dan bagaimana saya melalui hari hari saya di sini yang saya tulis dalam bahasa mandarin. Sejujurnya, saya banyak menggunakan mesin terjemahan baidu (salah satu mesin pencari di Tiongkok) sebagai penerjemah tulisan saya.
Hal yang membuat saya bahagia disini adalah, perbaikan gizi. Lagi, tentang makanan!
Kebahagian hakiki mahasiswa akhir bulan
Pemenang lomba essay ini mendapat priviledge dari pemerintah kota setempat untuk makan malam, jalan-jalan dan sebagainya.
Untuk Pemerintah kota Changzhou sendiri, saya bisa jalan-jalan gratis keliling Nanjing (Ibukota Provinsi Jiangsu, dan tempat penyerahan hadiah) lalu makan malam bareng pemenang lomba, dan yang pasti awarding ceremony dengan sertifikat dan buku khusus dengan tulisan para pemenang juara pertama, kedua, dan ketiga. Akhirnya, saya punya buku sendiri.
Buku ini juga dibagikan cuma cuma untuk sekolah-sekolah di seluruh provinsi Jiangsu.
Lalu, yang menarik dari sini adalah saya bertemu dengan banyak sekali pemenang lomba yang sudah lama tinggal di Tiongkok, banyak dari mereka adalah manajer perusahaan, staf pengajar professional, entrepreneur, atau bahkan pelajar sama seperti saya. Saya juga bertemu dengan beberapa teman satu negara yang juga mendapatkan predikat juara lainnya.
Teman-teman pemenang dari Jepang dan Tanzania.
Saya juga ketemu sama teman dari negara tetangga, Malaysia. Oops, yang paling kanan itu dari Tanzania.
Professor Linda Williams (tengah), yang dapet juara pertama ini ternyata dapet predikat privileged citizen dari Pemerintah Kota Changzhou karena dedikasi beliau disini.
Selain itu, pihak kampus saya (Changzhou Institute of Technology) juga menyebarkan artikel saya dalam bentuk koran dan tulisan di web. Bahagia? Not really, I got a lot of homework to do first.
Pihak penyelenggara essay ini bener-bener total buat pemenang, saya serasa kaya lagi mau launching buku deh.
Kayak kata penulis favorit saya, Pramoedya Ananta Toer; "menulislah untuk keabadian" bukan buat makan gratis *oops
Tidak ada komentar:
Posting Komentar