Juli 25, 2018

Muslim Guide di Tiongkok


Meninggalkan rumah dan merantau jauh ke Tiongkok, saya baru baru ini suka ditanyain temen-temen baru yang ada di Tiongkok tentang gimana sulitnya cari makanan halal yang sesuai selera dan engga macem macem, trus ibadah dan opini orang-orang lokal tentang kita yang tinggal di Tiongkok sendiri.

Khusus untuk calon mahasiswa baru dan teman-teman beragama islam yang ingin wisata di Tiongkok, Muslim Guide 101 spesial Summer Holiday.. (skip)..

Seperti yang kita udah tau, banyak beranggapan kalo ideologi Tiongkok yaitu komunisme, benar-benar menutup segala aspek keagamaan dan kehidupan sosial masyarakatnya. Padahal, disini mereka sesungguhnya engga dilarang buat melakukan ritual keagamaan dan sosialisasi, walaupun emang mereka dilarang secara umum untuk menyebarkan dan beribadah secara terang-terangan.

Khusus untuk muslim Tiongkok, mereka biasanya dikenali dari pakaiannya (untuk pria akan mudah dilihat dari peci bulat warna putih, dan perempuan menggunakan hijab ala ala). Di Tiongkok sendiri, ada beberapa provinsi dan daerah dengan ras tertentu sehingga orang-orang dari daerah tersebut biasanya beragama islam. Ada provinsi di sekitar Northwest China yaitu; Provinsi Gansu dan daerah khusus Xinjiang.
Orang-orang dari daerah ini mayoritas beragama islam dan tinggal menyebar di Tiongkok.

1. Makanan

 Makanan hasil akulturasi budaya Asia Tengah dan Tiongkok! Halal dan berasa dinegeri 1001 malam.

Tiongkok, China, 中国 negeri dengan sejarah lebih dari 5000 tahun ini menyimpan banyak banget hal-hal unik dan menarik untuk dibahas, budaya yang konkrit, bahasanya yang rumit, negaranya yang indah, dan juga tentunya keanekaragaman makanan yang menjadi ciri khas negeri tirai bambu ini.
Makanan halal jadi salah satu patokan untuk muslim yang sedang berada jauh dari rumah, kebiasaan jajan dan makan seperti di Indonesia yang tinggal milih lalu makan, akan sulit ditemui saat jauh dari rumah.

Di Tiongkok, bagi kalian mahasiswa baru atau yang lagi jalan-jalan bisa dengan gampangnya makan di restoran halal murah Lanzhou La Mian (兰州拉面). Di kota-kota besar seperti Shanghai, Beijing atau Nanjing yang populasi muslimnya banyak, rumah makan seperti ini ada dimana-mana, bahkan di kota tempat saya tinggal sendiri restoran halal dan murah ini dengan gampangnya ditemui dipusat kota atau jalan-jalan kecil.

 Dari jauh, rumah makan Lanzhou Lamian ini akan terlihat logo halalnya, yang masak dan yang punya restoran inipun pasti muslim.

Bagi pengguna IOS, kalian bisa mencari rumah makan halal terdekat dengan menggunakan aplikasi apple maps, lalu dengan gampangnya dituntun ke rumah makan ini. Hehe. Kalian juga bisa menggunakan Baidu Maps atau aplikasi gps dan peta di smartphone dengan bahasa mandarin, orang orang lokal juga biasanya menggunakan aplikasi ini sebagai penunjuk arah.

Selain rumah makan murah, ada lagi rumah makan halal ala Asia Tengah.  Adalah orang-orang dari Xinjiang yang berparas mirip-mirip negara tetangga seperti Kazakhstan dan Kyrgistan, mereka biasanya mendirikan rumah makan halal dengan daging kambing dan sapi sebagai hidangan utama.
Rumah makan ala Xinjiang akan ditemui dengan ciri khas sate kambing yang dibakar hingga baunya sampe kemana-mana, dan rasanya? NIKMAT! Lalu, ada juga roti nang 囊 atau makanan pokok mereka yaitu roti yang dibakar dengan wijen dan campuran susu, rasanya bener-bener gurih campur legit saat masih panas-panasnya.

 Nang (囊), roti gepeng khas rumah makan Xinjiang yang bisa dibeli dari harga 4 sampai 5 RMB




 Si Laoban (bos) yang lagi asik-asiknya ngebakar sate kambing khas Xinjiang, ada sayap ayam bakar juga yang ga kalah enak!


Rumah makan Xinjiang juga khas dengan interior ala Asia Tengah, dengan musik dan tarian tarian kayak Arabian Night tapi sebenernya khas Asia Tengah. Selain itu yang bikin asik adalah, karena muka muka orang Xinjiang lebih mirip ras Kazakhstan dan Uzbekistan, maka jangan salah kalo misal yang jual sate kambingnya adalah mas-mas ganteng keturunan dengan mata coklat dan hidung mancung.

Tips Cari Makan di Tiongkok:
  1. Jangan jajan sembarangan. Di Tiongkok yang mayoritas penduduknya engga beragama, jangan harap bakal nemuin makanan yang bebas dari daging-daging-yang-tidak-boleh-dimakan. Usahakan kalo di tempat umum hindari makanan ringan yang berbahan dasar daging, seperti sosis, abon, bakso, atau makanan dengan campuran daging. Di Tiongkok, daging babi begitu populer sehingga banyak makanan berbahan dasar daging pasti dicampur dengan daging beybi. Di Tiongkok sendiri daging-dagingan pun banyak yang dicampur, jadi kalo misal tulisannya "sosis ayam" atau si penjual ngaku-ngaku jual bakso daging sapi, bisa dipastikan makanan itu dicampur daging-dagingan lain, kesel ga sih.
  2. Minimarket buat kepepet. Untuk backpackeran di Tiongkok, biasanya makanan murah jadi andalan. Di beberapa minimarket seperti family mart atau sevel akan banyak ditemuin makanan-makanan murah dan mengenyangkan, satu hal yang perlu digarisbawahi, karena banyak makanan yang dagingnya suka dicampur campur, makanan beku seperti spaghetti bolognaise atau steik yang dijual di minimarket belum tentu halal. Mintalah bantuan kasir atau penduduk sekitar untuk ngelihat komposisi makanan. Kalau kepepet, mie instan dan telur rebus yang dijual bisa diandalkan kalo lagi laper. Dibeberapa minimarket bahkan bisa ditemui mie instan halal dengan logo halal lho.
  3. Be like a local with traditional foods. Jalan-jalan ke tempat baru, gaasik kalo ga nyobain makanan tradisional atau khasnya, di Tiongkok kalo takut sama makanan lokalnya yang mengandung babi, bisa mencoba makanan versi vegetarian. Bakpau, mie rebus, atau sup banyak yang dimasak dengan menggunakan jamur dan pokcoy (sejenis sayuran hijau). Jadi kalo kepengen nyobain masakan lokal, bisa mencoba versi sayuran atau vegetariannya.
  4. Beware of "Minyak Babi". Di Indonesia, masakan Tiongkok pasti dikenal sama bumbu-bumbunya yang luar biasa dengan teknik menumis, dan di Tiongkok sendiri penggunaan bumbu-bumbu ini memang dipake sebagai penambah dan penyedap rasa. Minyak babi dalam penggunaannya dipake orang-orang lokal untuk menumis atau campuran kue biar gurih, bahkan dibeberapa restoran, mereka biasa menggunakan minyak babi untuk campuran nasi goreng. Jadi, kalo bisa bahasa mandarin jangan malu untuk bertanya dan komplain.
  5. Sarapan pagi murah meriah. Tiap pagi dari jam 5 sampe 9 pagi akan banyak ditemui street food vendor atau kios-kios kecil jualan bakpau dan telur rebus. Di kios ini kita bisa nemuin makanan murah dan enak seperti bakpau sayuran, bakpau manis isi susu atau bakpau lobak yang lembut dan hangat, selain itu ada cakwe (油条), onde-onde (麻团), telur dadar gulung (鸡蛋饼), atau makanan-makanan kecil lainnya yang dijual dibawah 10 RMB (20 ribu) perbuah. Kalo gasuka sama makanan kecil bisa mencoba bubur nasi yang bikin kenyang, harganya pun ga lebih dari 5 RMB (10 ribu) perporsi, bubur ini juga banyak jenisnya, ada bubur ketan hitam, bubur milet, bubur labu atau bubur kacang.

2. Tempat Ibadah

 Masjid di daerah Niujie, Beijing. Masjid ini berarsiterktur khas Tiongkok, unik ya.

Selain makanan, kita biasanya yang beragama islam diwajibkan untuk mendirikan solat 5 waktu tepat waktu. Untuk teman-teman yang lagi berwisata di negara-negara dengan mayoritas muslim, masjid bukan lagi hal yang sulit ditemui. Namun di Tiongkok sendiri jumlah masjid yang akan ditemui ga segampang di Indonesia. Di kota kota besar seperti Beijing, Shanghai atau Nanjing masjid biasanya berada pada distrik atau daerah daerah mayoritas muslim, dan disekitaran masjid akan banyak ditemui pedangang pedagang makanan halal, bakpao, bebek peking, atau roti isi yang halal dan terjangkau.

Untuk di Beijing sendiri, ada masjid Niujie (北京牛街清真寺) yang terletak di daerah Niujie (牛街), di Niujie sendiri kalian bisa dengan gampang menemukan rumah makan halal dan salah satu masjid terbesar di Beijing. Niujie sendiri letaknya ga jauh dari Summer Palace lho. Lalu kalo main ke Shanghai, masjid yang gampang ditemui ada di daerah Yuyuan (豫园) salah satu tempat wisata di Shanghai ini bisa kalian tempuh dengan metro line 2, selain itu penjaga masjidnya juga ramah ramah hehe.

 Masjid di Changzhou. Lokasinya terletak di Nandajie atau salah satu pusat belanja terbesar di Changzhou.

Kalo sedang jalan-jalan dengan waktu tipis alias mepet dengan waktu sholat, enaknya sholat dijamak 2 waktu (dzuhur dengan ashar atau maghrib dengan isha) dari kampus atau hotel tempat menginap. Tapi kalo misalnya ga nemu masjid nih gimana? Kepepet time adalah langsung cari fitting room atau ruang pas di area perbelanjaan/mall. Biasanya fitting room di mall akan dilengkapi bilik-bilik kecil dengan penutup, jadi kalian bisa dengan gampang sholat disana, cukup pinjem beberapa potong baju buat dibawa ke ruang pas jangan lupa bawa scarf kemana mana ya.

3. Jilbab, Islam dan Kepercayaan di Tiongkok

Setiap hari Jum'at, area pelataran sekitar masjid di Changzhou akan ramai oleh kios-kios kecil yang menjual aneka macam daging halal, makanan halal, ataupun alat sholat.

Masyarakat Tiongkok pada umumnya cenderung cuek dan gamau tahu, menurut teman-teman saya yang udah lama tinggal di Tiongkok sebagai seorang hijabers no problemo. Pada awalnya mungkin emang banyak mata tertuju padamu *kok kaya miss Indonesiah* namun sebenernya tatapan mata orang orang lokal ini bukan menunjukan rejection atau penolakan, malah mereka cenderung penasaran dan bingung, banyak masyarakat lokal malah gatau jilbab itu apa dan kalian itu siapa, so stay cool!

Jilbab yang dikenakan oleh muslim di Tiongkok sendiri berbeda dengan jilbab di Indonesia atau negara-negara mayoritas, oleh karena itu biasanya hijabers seperti teman teman saya akan banyak ditanyain local strangers dijalan atau dimana saja, "kalian darimana?" "kenapa pake penutup kepala?" atau malah "rambutnya kok ditutupin?" adalah pertanyaan pertanyaan khas orang lokal (biasanya orang orang tua dan manula yang kepo dan nanyain ini).

Pengalaman saya yang pernah bekerja part-time disini, saya pernah minjem gudang penyimpanan teh di belakang untuk sholat ke bos saya, dan mereka benar-benar ga masalah untuk hal ini. Saya memang agak risih sih ditanyain tentang kepercayaan saya dan masalah sensitif tentang agama, tapi karena mereka disini rata-rata atheist dan its not even something to avoid when they ask about it, why not.

Lingkungan kerja saya adalah 10000% lingkungan kerja orang Tiongkok, otomatis saya harus menyesuaikan dengan waktu orang sini. Umumnya masyarakat disini bekerja 8 jam dengan waktu istirahat 30 menit sampai 1 jam (tiap tempat berbeda-beda) yang digunakan untuk makan siang dan tidur siang. Dan waktu istirahat ini bisa saya gunakan untuk sholat atau lainnya.Saat kerja, banyak teman-teman dan atasan saya yang bingung tentang apa itu agama, karena emang dilarang oleh partai dan tertutup tentang keyakinan individual dan mengagungkan tuhan, mayoritas masyarakat di sini juga gatau apa-apa tentang agama. Jadi, islamophobia di Tiongkok sendiri menurut saya jarang terjadi. Bahkan ada beberapa teman saya yang bilang kalo orang orang yang punya agama itu orang-orang yang punya prinsip "that was so cool you have your own principal and something to believe in".


Tanya-tanya soal Tiongkok dan budayanya?
Tinggalkan komentar dan sarannya di kolom komentar dibawah :))