Maret 08, 2019

Mengupas Kebiasaan Minum Air Panas Masyarakat Tiongkok


         Belajar dan menuntut ilmu diluar negeri tidak akan bisa lepas dari mengenal dan belajar budaya baru di negara tujuan, salah satunya Tiongkok. Negeri yang menyimpan sejarah lebih dari 5000 tahun ini memiliki keunikan tersendiri bagi para pelancong internasional dan ekspatriat dari luar Tiongkok. Makanan yang beragam, bahasanya yang konkrit dan karakteristik masyarakat lokal menjadi daya tarik tersendiri bagi pelajar internasional, tak terkecuali dari Indonesia. Sebagai salah satu pelajar yang sedang menuntut ilmu di Tiongkok, banyak hal dan budaya-budaya lokal yang menjadi karakteristik dan selalu melekat pada negeri tirai bambu ini.

        Tahun lalu, media lokal Tiongkok pernah digegerkan dengan pidato kelulusan mahasiswa asing dari salah satu universitas di Shanghai. Melalui video tersebut, beliau banyak menuturkan kehidupan pribadinya di Tiongkok serta bagaimana unik dan kentalnya kultur masyarakatnya dengan kebiasaan minum air panas (开水). Mahasiswa asal Italia tersebut menuturkan “中国的开水害的不得了” (Air panas Tiongkok benar-benar mujarab). “Saat saya demam, teman-teman lokal saya selalu menyarankan saya untuk minum air panas, saat saya sakit kepala, mereka juga menyarankan saya untuk minum air panas, saat sakit tenggorokan juga minum air panas, bahkan saat merasa tertekan juga harus minum air panas, air panas Tiongkok benar-benar mujarab.”

       Bagi mahasiswa asing maupun pekerja yang sedang berada di Tiongkok, pasti tidak asing lagi dengan kebiasaan minum air panas masyarakatnya, mulai dari banyaknya dispenser air panas yang disediakan di lorong-lorong kelas, kantor, stasiun kereta, bandara, dan  tempat-tempat umum, restoran dan tempat makan yang hanya menyajikan sup hangat atau air panas untuk para tamu-tamunya, atau bahkan hingga kebiasaan membawa termos air panas kemanapun pergi. Lalu, sebenarnya apa yang mempelopori masyarakat lokal untuk selalu minum air panas bahkan dimusim panas sekalipun

Pengobatan Tradisional Tiongkok
       Dalam ilmu pengobatan tradisional masyarakat Tiongkok, setiap manusia memiliki elemen yin dan yang. Manusia dinyatakan sehat jika elemen yin dan yang dalam keaadan stabil dan seimbang, jika elemen yang pada tubuh manusia terlalu banyak, maka akan meningkatkan suhu tubuh dan tubuh akan mudah terserang penyakit, untuk  menyembuhkan penyakit ini, seseorang harus menurunkan kelebihan elemen yang, atau dengan cara menurunkan suhu panas di dalam tubuh yaitu dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang masuk dalam kategori elemen yin

      Air panas merupakan salah satu minuman berelemen yin dan dipercaya mampu untuk menurunkan kadar panas pada tubuh seseorang, memulihkan keseimbangan tubuh dan menstabilkan metabolisme tubuh. Walaupun dianggap sedikit aneh dengan memberikan tambahan panas pada tubuh saat tubuh sedang panas, nyatanya orang-orang Tiongkok percaya dengan khasiat minum air panas dapat menurunkan gejala panas dalam maupun demam.

      Selain itu, pengobatan tradisional Tiongkok juga menyarankan untuk mengkonsumsi air panas setelah bangun tidur dan setelah makan, hal ini dipercaya untuk melancarkan metabolisme peredaran darah, detoksifikasi dan menstimulasi sistem pencernaan.

Sisi Historis Air Panas
       Berdasarkan bukti sejarah, orang-orang Tiongkok telah mengkonsumi air panas sejak abad ke-4 sebelum masehi, pada masa Tiongkok kuno, standar hidup yang buruk pada kebanyakan masyarakat lokal mengharuskan mereka untuk selalu merasa hangat dan kering pada musim dingin. Bahan bakar dan kompor yang digunakan untuk memasak air panas, dirasa tidak terjangkau untuk orang-orang miskin, menjadikan air panas sebagai “barang mahal” bagi sebagian masyarakat lokal dan hanya diperuntukkan bagi wanita hamil, lansia, dan orang-orang yang sedang sakit.

       Hingga pada tahun 1862, Pemberontakan Taiping sepuluh tahun sebelumnya mendatangkan lebih dari 1,5 juta pengungsi ke Shanghai, menyebabkan wabah kolera menyerang Shanghai hingga menyebar ke Beijing, diperkirakan kematian mencapai 3000 orang setiap harinya. Ajaibnya, wabah kolera ini tidak menyerang orang-orang dibagian Tiongkok Selatan, hal ini dikarenakan penduduk lokal yang banyak mengkonsumsi air panas. Air panas yang dikonsumsi oleh orang-orang di Selatan Tiongkok membunuh bakteri dan kotoran dari air sungai yang saat itu digunakan sebagai kegiatan mobilisasi masyarakat lokal, membuat mereka banyak terhindar dari wabah kolera.

      Selain itu, Partai Kuomintang pada pertengahan abad ke-20 memulai gerakan “The New Life Movement” dimana gerakan ini berpedoman untuk mendorong masyarakat lokal agar hidup sehat demi tercapainya kesejahteraan sosial. Gerakan ini mengatur bagaimana  cara berpakaian, kebiasaan makan, kondisi kehidupan, dan mobilitas transportasi. Pada bagian tentang makanan, gerakan ini mengedukasi masyarakat untuk mengkonsumsi air panas, dimana memasak air dapat mencegah perkembangan bakteri dan membunuh penyakit penyebab disentri.

Mug Enamel yang dipopulerkan oleh Mao Zedong

      Lalu tahun 1952 saat Partai Komunis menguasai Tiongkok Daratan, gerakan ini semakin gencar diadakan bagi masyarakat Tiongkok, khususnya anak-anak. Mereka meluncurkan kampanye kesehatan politik dengan poster-poster yang digantung disekolah bahwa “Anak-anak harus membiasakan diri minum air panas tiga kali dalam sehari”. Petinggi-petinggi Partai Komunis seperti Mao Zedong dan Zhou Enlai sering terlihat dengan secangkir air panas dan mempopulerkan penggunaan mug enamel pada masa itu.

      Karenanya, hingga hari ini akan begitu gampang ditemukannya dispenser air panas atau orang-orang lokal yang membawa termos air panas. Dokter maupun teman-teman lokal akan selalu menyarankan untuk mengkonsumsi air panas agar terhindar dari penyakit dan menjadi obat paling ampuh saat sedang sakit. Baik itu musim panas maupun musim dingin, air panas atau 开水 akan selalu digemari dan menjadi budaya khas Tiongkok.