September 20, 2017

Jadi Bule di Asia Part I : Awal Kedatangan


20 September 2016, Tepat setahun yang lalu saya menginjakkan kaki saya di Tiongkok sendirian, walau bukan jalan-jalan liburan seperti biasanya, hal pertama yang saya rasakan adalah... BERBEDA!


I left every memories, love, and comfort zones away


Keberangkatan

Tahun lalu, karena berpergian sendirian dan tidak mengenal Tiongkok secara umum, terlebih lagi kapasitas saya dalam berbahasa mandarin yang masih sangat sangat minim (cuma bisa ngomong nihao doang) ini, saya memutuskan untuk langsung memilih rute jalur udara langsung ke kota tujuan saya, Changzhou.
Saya memilih rute maskapai yang tergolong murah untuk penerbangan langsung ke Changzhou, yaitu China Southern Airlines. Rute penerbangan saya dimulai dari Jakarta ke Guangzhou lalu langsung ke Benniu Airport-nya Changzhou. Tapi, untuk rute penerbangan Guangzhou - Changzhou ternyata baru berangkat pada esok hari, alias transit inap!

Akhirnya, bermodal asal pergi dan sampe alhamdulillah, saya pergi dari Bandara Soekarno Hatta pada pukul 1 siang dan tiba di Guangzhou sekitar pukul 7 waktu Tiongkok. Sebelumnya saya sudah apply untuk beberapa hotel yang akan saya pakai menginap malam itu, karena memang dari pihak CSA telah memberikan free accommodation untuk penumpang yang transit lebih dari 12 jam.

Makanan!!

Saat saya keluar kabin pesawat, dari garbarata saya udah disambut sama petugas bandara sambil bawa papan dengan nama saya dan beberapa orang yang transit lainnya, I feel surprised!
Si petugas bandara yang tampilannya masih kayak mas-mas sipit umur 25-an ini ngebawa saya dan beberapa orang lainnya buat ke imigrasi dan custom setempat, karena saya lama banget disini buat ngantri dan ngurusin koper (untungnya dibantuin sama si mas sipit ini), akhirnya saya bisa keluar dan nyetak boarding pass lagi di konter check in sekitar jam 10-an. Waktu itu koper saya yang memang di bagasikan langsung dibawa dan saya dikasih boarding pas untuk penerbangan besok pagi!
Sebelumnya, saya masih harus ngikutin mas ini ke customer service-nya CSA buat ngurusin akomodasi hotel dan shuttle bus airport buat besok.

Kondisi Customer Service CSA untuk melayani penumpang transit inap.

Saat tiba di customer service, para staff yang bahasa inggrisnya ini lumayan pas-pasan, mengarahkan saya untuk ngambil hotel dengan jarak 3-5 km dari bandara, mereka juga menawarkan shuttle bus yang akan berangkat pukul 6 pagi dari hotel, asyiknya mereka juga menawarkan saya breakfast halal, sayangnya karena jam keberangkatan pagi dan harus buru-buru, saya sepertinya engga sempet untuk breakfast dan langsung caw ke bandara.

Perjalanan saya naik shuttle bus dari Bandara Baiyun, Guangzhou menuju hotel.


Lalu waktunya tiba di hotel, saya diharuskan menunggu karena kondisi penumpang yang menginap dihotel yang sama juga lumayan banyak. Lalu, pukul 12-an saya udah masuk kamar hotel yang tenyata jenis twin bed. Besar, nyaman, dan dingin! hehehehe.
Malam itu saya melahap habis rawon yang dibawa dari Indo, sekalian ngurangin jatah barang bawaan. Dan.. mulai malam itu juga saya selalu on VPN gratis di hape.


Sayangnya, kasur yang diisi cuma satu :( 


Kamar twin yang bagi saya nyaman banget. 


Kamar mandi dengan kaca yang menghadap langsung ke ruang tidur.

Paginya, pukul 5.30 saya sudah ada di lobby untuk berangkat dengan shuttle bus. dan tepat pukul 6 lewat 3 kita berangkat. Penerbangan dari Guangzhou ke Changzhou memakan waktu sekitar 2 jam, dan.. here's one of my tragedy happened! Karena saya muslim vegetarian dan engga sempet bertanya sama pramugarinya, saya kemakan salad dengan topping pork. Awalnya, saya kesel tapi karena ketidaksengajaan dan udah kemakan, jadinya saya tidur sambil menahan mual kala itu, air minum pun semuanya abis diminum.

Sekitar pukul 11 pagi saya tiba di Changzhou dan disambut dengan papan nama dari Changzhou Institute of Technology dan nama lengkap saya. So.. here's the next step begin.


Welcome to Changzhou Institute of Technology

Alias Selamat Datang di Institut Teknologi Changzhou, hal pertama yang menyambut saya disini adalah beberapa mahasiswa pirang di lobby yang sedang ngobrol dan kamar asrama mahasiswa internasional yang hanya diisi oleh 2 orang dan fasilitas yang bisa dikatakan standar "internasional".

Saat datang, saya belum punya roommate dan masih harus nunggu temen baru. Didalam tas hijau terdapat bedding; bed cover, duvet, selimut, bantal dan sarung bantal masing masing satu pasang.  


Meja belajar bagi tiap orang! Saya baru disini menggunakan meja belajar dengan baik :') Selain itu, ada lemari baju, rak penyimpanan kecil yang diletakkan disamping masing masing ranjang, dan lemari penyimpanan barang dapur. 


Toilet yang bikin saya ngga mau nahan pipis lagi.

Fasilitas asrama bagi mahasiswa asing disini yaitu tempat tidur gede (banget buat saya),  lalu kamar mandi didalam kamar dengan air panas, pendingin ruangan (yang juga berfungsi untuk penghangat ruangan dikala musim dingin), WIFI yang awalnya 24 jam dan karena mengikuti jam tidur mahasiswa disini maka distop setiap weekday sampe jam 11.30, lalu balkon yang saya suka pake untuk make-up dan stalking cowo ganteng, dan yang terakhir.. ada meja belajar + lemari gede.

Well, saya jadi bule yang dapet fasilitas hotel kaya gini selama 5 tahun. Untuk fasilitas umumnya, asrama mahasiswa asing disediakan dapur umum dengan microwave, kulkas dan wastafel disetiap lantainya, lalu ruang laundry umum dan ruang belajar umum, selain itu kita juga dapet lift! FYI, untuk mahasiswa anak lokal, mereka hanya disediakan tangga, 4-8 orang perkamar, tanpa dapur, dan kamar mandi publik alias pake bareng diluar kamar.

Dengan kenyamanan kaya gini, saya yang dateng engga bayar atau bahasa kerennya beasiswa ini penasaran dengan harga asrama mahasiswa bagi tiap orangnya. Untuk perorang, asrama disini dibayar dengan biaya sekitar 4000 RMB atau 8 jutaan pertahunnya.


Meeting bareng temen-temen baru dari Kazakhstan, Uzbekistan, dan Rusia. Yang pake baju oren jadi crush pertama saya disini :3


Pada hari-hari awal kaya gini, saya belajar buat kenalan bareng anak-anak dari negara mayoritas. Total mahasiswa asing di kampus pun belum terlalu banyak, sekitar 160 dan hanya sebagian kecil yang bisa berbahasa inggris, walau kaya gitu saya juga berusaha buat kenalan dengan belajar beberapa kosakata dasar mereka.



Hadiah kecil hasil pengaplikasian suka menyapa dan ngobrol sama temen baru.


Selain ngobrol dan kenalan, kita juga suka menghabiskan waktu buat jalan bareng dan ngeteh bareng! My favorite part from this; TEA TIME.
Teman-teman dari Kazakhstan, Uzbekistan dan teman baru dari Turki sering cerita bahwa mereka punya waktu Tea Time sehabis dinner atau sebelum dinner bareng keluarga mereka, jadinya saya yang punya roommate dari Kazakhstan ini-pun juga ketuleran suka nge teh bareng mereka.


Teh celup yang dibawa mahasiswa exchange dari Turki. 


Pada acara ngeteh kaya gini, kita biasa tuker-tukeran makanan manis, kue, snack, atau buah trus ngobrol deh.


Tentunya selain seneng-seneng kaya gini, para mahasiswa asing yang biasanya paling susah diatur ini banyak duka-dukanya juga, kasusnya seperti beberapa temen yang engga terbiasa dengan makanan Tiongkok yang kata mereka pedes dan beraroma kuat, atau ada beberapa temen yang memutuskan untuk berhenti kuliah karena ngga bisa mengikuti pelajaran bahasa mandarin yang katanya terlalu sulit.

Terlepas dari semua itu, menjadi bagian dari "orang asing" engga selalu tampak asing ataupun aneh. We feel like its another type of living.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar